April 08, 2021

Hidup Hibuk Hirup

Siang ini mentari engan menjalankan tugasnya, ia memilih bersembunyi dibalik awan putih mengintip kehibukan Desa Maya, menyaksikan kerumunan orang yang sedang mengantri demi menentukan sebuah keputusan besar. Iya,,,hari ini Desa Maya sedang berpesta,,Pesta menentukan siapa pemimpin mereka dimasa yang akan datang. Tentu nya memilih sosok pemimpin yang bisa membawa kehidupan desa Maya menjadi lebih baik.

“Sudah menentukan pilihan?” tanya Brian, seorang pemuda paling tampan di Desa Maya, yang sedang menunggu gilirannya mencoblos pada teman di depannya.

“Kau tahu mengapa aku memakai kemeja?” tanya pria yang rupanya setahun lebih muda itu alih-alih menjawab pertanyaan yang diajukan.

Brian mengangguk. “Karena jika kau masuk ke ruang rapat  dan memakai kaus, kau akan diusir dari ruang rapat ,” jawabnya.

“Itu salah satunya,” balas pemuda itu. “Alasan lainnya adalah agar aku bisa menghitung kancing ketika memilih nanti,” lanjutnya.

“Indra! Wah, kau belum berubah ternyata. Bagaimana kau bisa memberikan nasib Desamu pada kancing kemeja? Bukankah mereka sudah kampanye? Seharusnya kau bisa menentukan pilihan dari kegiatan itu,” kata Brian yang tidak habis pikir dengan jawaban Indra tadi.

Lelaki berkemeja itu lalu membalikkan badan, menghadap Brian sambil menepuk pundaknya.

“Kau tahu istilah dari topeng yang dipakai oleh aktor, Persona !. Bisa saja saat berkampanye kemarin mereka hanya membual, hanya menyampaikan hal-hal manis agar mendapatkan banyak pendukung. Jadi, aku tidak bisa memercayai kalimat mereka,” kata Indra. Ia lantas kembali menghadap ke depan dan maju ketika barisan di depannya juga mulai bergerak.

Brian juga mengikuti langkah Indra, maju satu langkah dan diikuti teman-teman lain di belakangnya.

 “Memang itu gunanya kampanye. Mereka melakukan persuasi agar bisa terpilih dalam pemilihan ini,” ujarnya.

“Sayangnya, aku tidak mudah terpengaruh oleh kalimat-kalimat ajakan itu. Aku lebih memercayai diriku, memercayai kancing kemejaku.” Indra menyatukan kedua tangannya di depan dada lalu mengusap kancing-kancing bajunya.

“Cepat maju! Sudah giliran kita untuk memilih,” balas Brian.

Indra membuka lembar berisi foto calon Kepala Desa. Jujur saja, ia tidak begitu familiar dengan  keempat wajah yang tertera itu. Apakah mereka benar-benar mumpuni atau sekadar mencalonkan diri, Indra tidak yakin. Harus ia berikan ke siapa tanggung jawab untuk mengemudikan kapal di desa  ini?

Diliriknya Brian yang terlihat sudah melipat kertasnya kembali tanda ia sudah memilih. 

Padahal, tadi ia tidak mau ambil pusing, cukup menghitung kancing saja. Tetapi, rasanya ia memiliki tanggung jawab untuk kebaikan Desanya. Untungnya, ia segera mendapatkan pencerahan. “Baiklah! Aku sudah menentukan pilihan,” batin Indra sambil tersenyum tipis sembari mencoblos gambar salah satu calon kades.

Pengumuman hasil pemilihan Kades muncul selang beberapa jam setelah pencoblosan selesai. Wajah  Kades  baru bermunculan di unggahan status media sosial para pendukungnya. Tak ketinggalan pula ucapan selamat atas terpilihnya pemimpin yang baru bermunculan.

“Wah, aku tidak menduga jika Pak Santo yang menang. Padahal, melihat masa kampanye kemarin pendukung dari Pak Cipto nomor urut dua terlihat sangat banyak. ” komentar Indra sambil melihat papan perhitungan suara.

“Aku sudah menduganya,” jawab Brian.

“Bagaimana bisa?” tanya Indra penasaran.

“Bagaimana calon nomor satu bisa menang? Apakah ini takdir?” tanya Indra lagi.

“Mungkin karena mereka yang nyoblos pakai metode menghitung kancing. Jumlah kancing baju itu rata-rata enam butir dan biasanya ada orang yang menambahkan satu hitungan lagi untuk pilihannya,” jawab Brian.

Indra lalu memeriksa kancing bajunya, dan benar ada enam kancing termasuk kancing paling atas.

“Apakah ini memang kebiasaan orang-orang, menghitung kancing dan menambah satu angka lagi?” Indra masih terlihat mengagumi pemikiran Brian.

“Tidak, itu hanya bualanku saja. Mana aku tahu mengapa ia bisa menang. Sudahlah, jangan dipikirkan, toh mereka sudah terpilih,” kata Brian sambil menghirup udara demokrasi di Desa Maya.




25 komentar:

  1. Mantap, Bu Yusni, cepat eksekusi nya ya.

    BalasHapus
  2. Seperti aku juga kalau memilih hitung kancing aja...

    BalasHapus
  3. mantap! demokrasi desa mayanya bu

    BalasHapus
  4. Pemilihan Kades Desa Maya, dihitung dengan kancing... Indra..Indra, kenapa sih, bukannya golput saja

    BalasHapus
  5. Keren. Cerita khayalannya mantul. Parah nih pak Beje. Tolong besok kalo nyalon gak usah dipilih. Mending pilon Pak Brian aja. Setujuuuuuuu....

    BalasHapus
  6. Seperti ujian zaman dulu anak-anak kalau ga bisa hitung kancing😅😅😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul bunda,,,Ingat Ujian Sekolah hitung kancing baju,,,

      Hapus
  7. Wihihi seru ceritanya. Mungkin sebaiknya ditambah "Jika ada kesamaan nama tokoh, hal tersebut adalah kesengajaan" 🤭🤭🤭

    BalasHapus
  8. Seru ceritanya dengan tokohnya. Jadi ngebayangin sosoknya dalam cerita he he

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cerita ringan bunda, sosoknya bisa kebayang,,,

      Hapus
  9. Luat biasa cerita dikemas dlm tulisan yg renyah enak dibaca

    BalasHapus
  10. Asyik... Bunda, trimks share cerpen yg tokoh2 ada di grup Laregunal keren...

    BalasHapus
  11. Bisa juga tokoh-tokohnya makin keren ui

    BalasHapus
  12. Keren bu apa lagi penokohan yang bagus dengan nama dan desa mayanya.

    mohon kunjungi juga blog saya link dibawah ini dan ditunggu komentarnya

    https://hernisbanah.blogspot.com/2021/04/hidup-hirup-dan-hibuk-bagaikan-rantai.html

    BalasHapus
  13. Ada saya, hi...hi...hi...

    Yusni,... yusni... bisa aja.

    BalasHapus

Pendidikan Anti Korupsi

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menumbuhkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi disekolah, salah satunya memasukkan k...