April 06, 2021

Ghibah


"Yusni, sini gabung!"

Lagi, tiga orang tetanggaku itu berkumpul di geladeri  rumah salah satu dari mereka. Sebut saja mereka Nunung, Ai, dan Pipit. Tak ada hal lain yang mereka bicarakan selain keburukan orang. Tak terkecuali diriku.

"Maaf Mbak, saya mau masak dulu," tolakku halus. Jika ada jalan lain menuju warung, aku tak sudi melewati rumah mereka. Setelah ini, pasti aku yang  jadi objek utama bahan gunjingan. Tak jarang kudengar mereka mengolok-olokku sebagai perempuan rumahan yang kerjanya cuma di dapur.

"Masak terus apa gak capek? Sesekali gabung biar gak kuper!" celetuk Nunung.

"Makasih, Mbak."

Aku mempercepat langkah. Telingaku panas lama-lama mendengar ocehan tiga makhluk itu. Lebih baik aku menyalurkan hobi di dapur.

Aku mulai menyiapkan bahan untuk membuat Dimsum udang. Semua bahan mulai dari kulit pangsit, udang, dan lainnya sudah tertata rapi. Aku melihat semua bahan, sepertinya ada yang kurang. Ah, sial ! Telurnya lupa terbeli.

Dengan terpaksa aku harus kembali ke warung dan melewati tiga wanita berdaster yang masih asik tertawa dan sesekali berbisik. Kali ini, entah siapa yang mereka bicarakan.

"Kok, balik lagi, Yus ?"

"Ada yang ketinggalan, Mbak."

Aku mempercepat langkah untuk menghindari pertanyaan susulan.

Setelah kembali dari warung, tak lama Nunung datang ke rumah.

"Masak apa, sih?" Tanpa kupersilakan masuk, wanita buntal itu langsung menuju dapur.

"Masak dimsum. Mbak mau bantu?"

Dia tampak berpikir sejenak, lalu melihat-lihat isi dapur tanpa menjawab pertanyaanku.


Sore hari, kuantarkan Dimsum itu kepada tetangga. Ai sikurus dan dan Pipit siJangkung lagi-lagi duduk di geladeri  seperti biasa.

"Wah, lebih enak dari yang waktu itu," puji Ai si Kurus.

"Nunung  mana, ya. Ada makanan enak gini, kok gak kelihatan dari tadi siang," celoteh Pipit dengan mulut penuh Dimsum.

Aku kembali ke rumah dengan senyum terkembang. Kubuka lemari es, udang yang kubeli tadi masih utuh.

Ya ! Mereka benar-benar menikmatinya. Aku tersenyum puas.

16 komentar:

  1. Semoga kita bisa terhindar dari ghibah ya Bu..
    Keren ibu sudah masuk tantang huruf G...
    Saya F aja belum..he he

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tantangan bukan sebuah beban,,,tulis yang ringan- ringan aja

      Hapus
  2. Waduhhhh...Namaku Ai...bukan Aai...sobat...ayo nulis lagi...rame bacanya...saya suka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihiiii,,yang punya nama protes,,,iyeesss aku ralat,,,

      Hapus
    2. He,,he bisa jadi cerbung nih...keren.lanjutkan !!!

      Hapus
  3. Bu Yusni kereeen...tulisan ringan-katanya, yg enak dibaca..

    BalasHapus
  4. di tunggu Ghibah part 2 nya 😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siiapppp,,,tunggu episode berikutnya,,

      Hapus
  5. di part 2 jangan lupa ada nung ya...

    BalasHapus
  6. Nah penyakit ghibah ini adalah penyakit orangnya yang pengangguran InshaAlloh kelompok kita jauh dari ghibah

    BalasHapus
  7. Semoga kita terhindar dari ghibah

    BalasHapus
  8. astagfirulloh, ini yang susah dihindari, terimkasih sudah diingatkan

    BalasHapus

Pendidikan Anti Korupsi

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menumbuhkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi disekolah, salah satunya memasukkan k...