#SelasaBerbagi hari ini temanya adalah Kisah Menulis Diblog bersama Bapak Sucipto Ardi, S.Pd dan Moderator kece Ibu Aam Nurhasanah,S.Pd.
Kata kunci yang saya dapat dari materi ini adalah "menulis itu bukan “give” /anugrah atau bawaan lahir, tapi menulis ini adalah budaya yang artinya produk kreasi, atau hasil belajar. Oleh karenanya, semua orang memiliki potensi yang sama untuk bisa menulis ".
Bagaimana caranya bisa menulis ?
Berikut penjelasan dari Bapak Sucipto Ardi :
1. Mulailah menulis. Tulis apa saja, bebas.
2. Tulislah yang paling disukai dan pahami.
3. Mulailah tulisan dengan tema-tema yang dekat, misalnya tentang kebiasaan yang hidup di sekitar rumah. No.1-3, kalau berisikan curhat, itu bukan masalah karena kalau dilakukan secara rutin, itu akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Suatu hari nanti bisa jadi buku lho….dahulu, saya membaca buku Sosiologi Pedesaan, sang adalah penulis adalah seorang professor. Beliau memulai tulisan bukunya dengan masa kecilnya melihat bagaimana tembak menembak terjadi di Ladang Aceh yang kemudian dia susun mengikuti rangkaian teori konflik lalu dibangun untuk melihat bagaimana konsep sosiologis desa tempat tinggalnya. Bisa kebayangkan, sebuah karya ilmiah dibangun dari sebuah pengalaman masa kecilnya?. Curhat itu bisa jadi keren !.
4. Setelah dirasa “cukup” dengan yang diatas, mulailah “belajar sedikit lompat pagar” guna menulis yang bersifat agak serius, semisal artikel. Ingat, jangan pernah ragu dan takut salah.
5. Ingat, nutrisi yang paling baik untuk menulis adalah membaca dan mengaktifkan indera. Apa yang dirasa, dapat menjadi pemantik sebuah tulisan. Ini bertujuan agar tulisan yang dihasilkan “tidak kering”.
6. Mulailah menyediakan waktu tetap untuk menulis, misalnya waktu menulis pukul 21.00-22.00 WIB/WITA/WIT. Bangunlah kebiasaan menulis seperti jam kerja/office hour.
7. Sediakan note book/buku saku special untuk merekam ide-ide pokok yang muncul seketika, bawalah setiap hari. Ini saya lakukan, hingga kini. Hasilnya menyenangkan!.
8. Para ahli berpendapat: “menulislah ketika anda sudah siap !”. Ini ada benarnya karena kalau kita siap maka menulis rasanya seperti air mengalir. Namun, kapankah kita siap ?. Nah lo,….oleh karenanya sejak lama saya tidak memakai pendapat ini, malah saya menggunakan kalimat-kalimat para penjahat di film-film barat : “ready or not here I come”. Yakinlah, suatu hari nanti kalau kita niatkan sebagai penulis akan datang masanya: “nulis dateline”, dan tidak peduli siap atau tidak, apalagi penulis berbobot, ia akan layaknya sinetron yang “kejar tayang”. Jadi, siap setiap saat ya sobat lage.
9. No. 1-8 itu nulisnya dimana ?. ada yang langsung di word, corat-coret di note book, atau langsung di blog. Soal ini adalah style masing-masing. Sekarang bahkan ada yang “menulis dengan bicara” saya sudah melakukannya, walaupun ujung2nya di edit, tapi lebih memudahkan. Ini seperti “kita banget”, kenapa ? karena DNA orang Indonesia lebih kuat budaya tutur/lisan, dibanding menulis. Coba yaaa…
10. Jangan segan-segan untuk evaluasi diri. Bacalah tulisan-tulisan di blog yang sudah berlalu. Senyam-senyum lucu, mungkin tertawa bebaskanlah. Jika tidak dirasa menyenangkan, maka beranikan diri untuk bilang bahwa karya kita kurang, bahkan buruk. Ini penting untuk menyadarkan kita agar mau belajar lagi, dan siap untuk dikritik.
11. Tantangan yang ada di depan mata adalah, dimasa pandemic ini budaya menulis di blog begitu meriah namun akankah tetap terus mekar layaknya bunga?. Sekian lama menulis di blog saya menemukan satu hal penting bahwa: “banyak orang menulis di blog, namun saat yang bersamaan banyak pula yang meninggalkannya”. Gabung dalam komunitas adalah salah satu solusinya, “dekat dengan tukang minyak wangi, maka akan wangi pula”
Paparan materi yang disampaikan oleh Bapak Sucipto sangat luar biasa membantu saya yang masih pemula untuk terus giat menulis, saya lihat, saya baca, saya tulis. Dengan dukungan gadget yang memadai, saya bisa menulis dimana saja kapan saja, ketika ada waktu longgar baru kemudian saya rapikan tulisan di Personal Computer saya. Salah satu upaya saya untuk terus belajar adalah bergabung dengan Komunitas Lagerunal dengan jadwal kegiatan terstruktur sangat membantu saya belajar dan terus belajar. Dan salah satu kegiatan pavorit saya di komunitas Lagerunal adalah SelasaBerbagi.
Indahnya berbagi
#20DesAISEIChallenge
Yuuk smngat nulisnya..
BalasHapusSiappp bunda
Hapusbagus tulisannya, saya suka !.
BalasHapusTerima kasih ilmunya pak Sucipto Ardi
Hapus