Jam menunjukkan arah pukul empat sore. Pandangan Bima tertuju pada sekeliling makam. Hari ini suasana makam berbeda dari hari biasanya, bersih, rapi, dan penuh taburan bunga-bunga. Bima kembali menatap makam ibunya.“Apakah hanya makammu Bu yang tanpa taburan bunga?” Bima bertanya dalam hati.
Bima mengelus-elus nisan kemudian terdiam. Terjadi pergolakan dalam hatinya. Ketidakmampuannya untuk berbakti membuat lemas sekujur badannya.
Bukankah hari ini nyekar? Aku harus wujudkan baktiku padamu. Setidaknya aku harus memberi hadiah sebelum hari raya. Tetapi aku tidak punya uang untuk membeli bunga. Begitu teganya aku hanya makammu yang tanpa taburan bunga dan wangi air bunga. Maafkan aku Bu, aku anak yang tidak berbakti. Jangan menangis di sana melihat ketidakmampuanku. Air mata Bima luber karena tak dapat ia tampung lagi.
Bima beranjak pulang ke rumah dengan raut muka yang ditekuk. Ia berjalan cepat, seakan-akan terburu mengambil sesuatu. Setelah sampai di rumah mata Bima tertuju pada toples yang berada di atas rak piring yang terbuat dari bilah bambu. Ia ambil kemudian ia isi dengan air. Setelah itu ia ke kamar bapaknya mengambil botol kecil di bawah bantal. Bapaknya masih khusyuk salat Ashar.
Bima lari menuju ke makam lagi. Setelah sampai, ia melihat sekeliling. Sepi, ia punguti bunga-bunga yang tercecer di jalanan. Bunga yang ia kumpulkan cukup banyak. Ia langkahkan kakinya ke makam ibunya. Bima menaburkan bunga-bunga yang ia kumpulkan lalu menyiram makam dengan air dalam toples tadi.
“Dapat dari mana bunga-bunga itu Bim ?”Tanya Bapak yang datang tiba-tiba sehingga membuat Bima kaget.
“A…nu Pak..., bima…,”jawab Bima tertahan. “Kau mencuri Bim ? Bapak tidak pernah mengajarkanmu mencuri. Kenapa kau melakukan hal ini ? Apa ini yang kau baktikan pada ibumu Bima ?” Bentak Bapak mendakwa Bima.
Bima kembali meneteskan air mata. Dakwaan bapaknya sangat menusuk hati. Bima hanya ingin memberikan sesuatu untuk almarhum ibunya. Tapi apa daya ia tak punya apa-apa.
“Bima tidak mencuri Pak, Bima mungut bunga di jalan,” jelas Bima setelah mengumpulkan keberanian untuk menjawab.
“Duh-duh Nak, sudahlah jangan menangis. Tidak baik menangis di makam,” ucap Bapak lalu merangkul kemudian memeluk Bima. “Ayo ngaji lagi!”
“Iya Pak,” kata Bima kemudian menghapus air matanya.
“Ini toples isinya air apa Bima ?” Tanya Bapak penasaran.
“Air yang Bima campur dengan parfum Bapak.”
“Bima ?”
#Alfatiha untuk Alm Amak,,,
Bima... bima...
BalasHapusSeharusnya minta uang sama Bapak, biar nanti uangnya untuk beli parfum seperti yang Bapak punya.
Baru nanti kamu bikin air pakai parfum yang kamu beli...
heheheheeh
Bima ambil parfum Bapaknya,,,
HapusNyekar artinya apa ya Buk,tradisi dari daerah mana?kalau kami di Padang tabur bunga dimalam namanya menabur bunga dimalam hehe itu juga namanya
BalasHapusSama Bu...nyekar itu tradisi Jawa Tengah, nyekar dari kata Sekar (bunga). Nyekar berarti menabur bunga ke makam..🙏🙏
HapusMaaf maksud saya makam
BalasHapusBima anak yang saleh.. Ia ingin menunjukkan baktinya kepada ibunya yang telah tiada...
BalasHapusBima anak yang saleh.. Ia ingin menunjukkan baktinya kepada ibunya yang telah tiada...
BalasHapusIya,,,wujud bakti kepada Ibu,,,
HapusLuar biasa Bima anak yang saleh tanpa mau membebani bapak nya ia berusaha mengumpulkan bunga yang berguguran demi nyekar ke makam ibunya
BalasHapusAnak yang berbakti,,
HapusWah sudah huruf N ya Bu..
BalasHapusHe he saya ketinggalan kereta terus nih..
He he..
Semmanggattt bundaa,,
HapusBima,,,anak yang soleh. Nanti lagi tanam bunga aja dihalaman rumah, selain rumah tambah asri, bunganya bisa buat nyekar ke makam ibu.
BalasHapusHebat nih sudah konsisten menulis.
Sepertinya Bima harus tanam bunga di halaman rumahnya,,
HapusMenarik ceritanya. BunYusni semakain piawai menulis, kereeen..
BalasHapusGak rugi semakin sering menulis,,terus belajar bunda
HapusBakal jadi novel Bu Yusni tulisannya.
BalasHapusGa kebayang bisa jadi novel,,,
Hapuswah Bima kreatif ya,air dicampur parfum, heheh
HapusIjin nanya apa arti luber bapak ibu
BalasHapusKBBI,,,lu·ber /lubér/ v melimpah; meluap; melembak;
HapusMantap Bu cerpennya, Bima anak yang berbakti.
BalasHapusIya bunda,,
HapusSekelumit tapi cukup membuat saya berkaca-kaca...🥺🥺🥺
BalasHapusSekelumit kisah ditinggal ibu,,,
HapusAnak sholeh, jujur, dan berbakti dambaan semua Ibu.
BalasHapusSiapp bunda,,,
BalasHapus