Cahaya senja mulai terlihat merah saga. Pertanda candikala sudah melupuk dibatas cakrawala. Dedaunan kecil berguguran tersapu hembusan sang bayu. Rupanya gerak-gerik mereka telah menyita perhatianku.
Hari terasa menyenangkan ketika berteman dengan gawai dan sebatang pena. Ketika senja menutup mata dan tergantikan malam yang akrab dengan kesunyian. Ditiap malam pikiran ku selalu melambung jauh mengingat masa lalu untuk dikenang sebagai petuah.
Aku hanya sibuk menulis puisi dan bersajak dalam peta jejak. Merangkai aksara dan sebagai penikmat panorama kata. Memang nasib hanya Tuhan yang tahu, kapan kita harus menempatkan langkah menuju masa depan.
Rajutan kisahku disetiap senja yang tak pernah diselesaikan tiap harinya. Sampai candikala mengembunkan paraunya dibatas cakrawala dan awan merah saga yang menjingga. Biarkan aku tetap menunggu kini dan nanti dibatas cakrawala.
Biarkan aku tetap menunggu kini dan nanti dibatas cakrawala.
BalasHapusBiarkan awan merah saga jadi sakti, bakti setiaku padamu
BalasHapusCahaya senja yang selalu menebar aura kerinduan, syahdu mendayu mengantarkan rasa yang ada. Ku berdoa semoga esok kan bertemu dengan sang senja
BalasHapusSenja selalu mampu membawa kita untuk mengenang masa lalu
BalasHapusSenja mampu membawa kita ke peraduan malam dan berharap bulan kan dalat sinari hati samai kita jumpai mentari pagi dengan berseri...
Tak habis kata melukiskan indahnya senja. Pun sejuta kisah kehidupan. Eloknya panorama senja selalu menghalau gindahnya hati, walau sementara.
BalasHapusBagus sekali untaian kalimatnya. Ikut hanyut dalam ras ketika kau dibiarkan tetap menunggu kini dan nanti di batas cakrawala.
BalasHapusMerangkai aksara dan sebagai penikmat panorama kata. Mantap ungkapannya.
BalasHapusBiarkan ku selalu memandangmu cakrawalaku
BalasHapusMohon kritik tulisan saya
https://hernisbanah.blogspot.com/2021/04/x-yang-tak-berujung.html
Zaman sekarang, menyekolahkan anak di madrasah adalah pilihan yang paling tepat. Terima kasih telah berbagi, Mbak.
BalasHapus